Advertisement

Ketika Anak Lebih Merespons Kehangatan daripada Kata-Kata


Ada momen menarik yang sering terjadi di banyak rumah: seorang ibu yang penuh semangat berusaha “menggerakkan” anaknya dengan serentetan kata — “Ayo cepat mandi! Kenapa diam saja? Kamu dengar nggak, Nak?” — namun sang anak tetap tidak bergeming. Lalu datang ayah yang justru tidak banyak bicara. Ia hanya mendekat, meletakkan tangannya di bahu si kecil, menatapnya dengan lembut, dan tiba-tiba anak itu bergerak mengikuti arah yang diinginkan.

Fenomena sederhana ini menyimpan lapisan psikologis yang dalam tentang bagaimana anak merespons energi emosional dari orang tuanya.

1. Reaktivitas Emosi Anak terhadap Nada dan Energi

Anak-anak belum mampu memproses makna kata sekompleks orang dewasa. Mereka lebih peka terhadap nada suara, ekspresi wajah, dan vibe emosional yang terpancar dari orang tuanya. Saat ibu berbicara dengan nada tergesa, bahkan jika maksudnya baik, anak bisa merasakan tekanan dan merespons dengan “shutdown” — diam, membeku, atau menolak bergerak. Ini bukan bentuk pembangkangan, melainkan mekanisme perlindungan diri dari “ledakan energi” yang terasa menekan.

Sebaliknya, ketika ayah mendekat tanpa banyak bicara dan hanya menggunakan sentuhan lembut, tubuh anak menerima sinyal aman. Sistem saraf parasimpatik — bagian yang menenangkan tubuh — aktif, membuat anak merasa diterima, bukan diserang. Dari situ, muncul rasa nyaman dan kemauan untuk bergerak.

2. Perbedaan Gaya Komunikasi: Verbal vs. Fisik Emosional

Banyak ibu berkomunikasi secara verbal karena mereka terbiasa mengekspresikan kasih dan kontrol lewat kata-kata. Namun, anak kecil sering belum bisa menyaring intensitas ucapan tersebut. Kata-kata yang bagi ibu adalah bentuk perhatian, bagi anak bisa terasa seperti perintah yang terlalu kuat.

Ayah yang lebih “PDKT lewat tindakan” terkadang tanpa sadar menyeimbangkan hal ini. Ia menggunakan pendekatan nonverbal bonding — tatapan mata, sentuhan, posisi tubuh sejajar — yang mengaktifkan rasa keterhubungan emosional. Bagi anak, sinyal ini lebih mudah diterjemahkan sebagai kasih sayang dan ajakan, bukan tekanan.

3. Makna Psikologis: Anak Butuh Koneksi Sebelum Arah

Dari perspektif psikologi perkembangan, perilaku anak menunjukkan satu hal penting: sebelum anak mau bergerak, ia harus merasa terhubung. “Connection before direction” adalah prinsip yang sering ditekankan dalam parenting modern. Anak yang merasa dipahami dan aman akan mengikuti arahan dengan lebih sukarela. Sentuhan, senyum, atau tatapan penuh empati menjadi jembatan emosional sebelum instruksi diberikan.

4. Implikasi untuk Orang Tua

Peristiwa seperti ini bukan tentang siapa yang lebih efektif — ibu atau ayah — melainkan tentang keseimbangan energi di rumah. Ibu membawa kehangatan verbal dan struktur, sementara ayah menghadirkan stabilitas emosional lewat keheningan yang menenangkan. Jika keduanya belajar saling menyesuaikan, komunikasi keluarga akan lebih harmonis.

Alih-alih hanya menambah volume suara, cobalah mengubah energi di baliknya. Dekati anak dengan sentuhan ringan, tatap matanya, lalu sampaikan ajakan dengan lembut. Maka anak tidak hanya mendengar, tapi juga merasa.


Kesimpulan:
Ketika anak diam saat ibu banyak bicara namun bergerak saat ayah menyentuhnya, bukan karena ia “lebih nurut ke ayah”, tetapi karena sistem emosinya lebih peka terhadap rasa aman daripada kata-kata. Anak tidak menolak instruksi, ia hanya mencari koneksi. Dan kadang, satu sentuhan hangat jauh lebih kuat daripada seribu kalimat panjang.