Advertisement

Rasa Takut Menghantui Sampai Tidak Ada Kemajuan?


Pernahkah kamu mendengar ungkapan ini? Kenapa ya rasa takutku ini menghantui sampai-sampai di detik ini tidak ada kemajuan sama sekali?

Walhamdulillah anda tidak sendirian. Dari sekian banyak peserta therapy yang datang dan mengungkapkan kasusnya, ternyata ini juga menjadi tantangan setiap insan khususnya yang ingin melakukan perbaikan. Seperti diantaranya beberapa hal perkara yang kita dapati :

  1. Ketakutan Akan Kegagalan
  2. Ketakutan Akan Rasa Malu
  3. Ketakutan Akan Rasa Bersalah
  4. Ketakutan Gara-Gara Cemburu
  5. Ketakutan Ketika Ingin Berubah
Mari kita pecahkan satu persatu dengan kekuatan keyakinan dari salah satu ayat Quran Al-Insyirah (94 : 5-6)

Artinya : Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Sungguh setelah kesulitan itu ada kemudahan.

1. Ketakutan Akan Kegagalan

Gagal difikiran kita saat ini begitu besar dari berbagai hal. Gagal mendapat pemasukan, gagal mendapat penghargaan, gagal memperoleh sesuatu yang diinginkan. Oleh sebab itu kita perlu sesuatu yang dijadikan penguat agar rasa takut ini tidak menguasai, atau bahkan tidak mengotak-atik diri kita sehingga tidak berusaha. Bagaimana ya caranya? Pertama identifikasi dulu. Takut apa saat rasa 'gagal' itu mulai terbayang. Sebutkan secara jelas untuk kasus yang saat ini sedang hadapi.

Saya takut kalau.....
Jika ...<keadaan tadi sebutkan>.... maka saya.... <hal yang ditakuti lagi>

Okay, kita kenali dulu kalimat tadi dan pengakuannya! Sedikit kita bergeser dari keadaan tadi ke posisi yang lebih cerah dan lebih terarah. Apa? Keadaan yang akan menekankan pembelajaran dan pertumbuhan dari hal yang baru! Pernahkan kita melihat orang yang sukses? Sering ya! Lalu kita fokuskan kembali ke keadaan yang lebih cerah! Proses dari perjuangan ataupun usaha ini, tentu ada yang memberikan efek gagal. Tapi apakah 100% ? Tidak ya? Nah kalau begitu mari kita fokuskan ke prosesnya daripada keadaan yang belum pasti terjadi, atau bahasa lainnya ialah Tidak Pasti Terjadi Gagal! Mari kita ringankan kembali dengan pelajaran dan pengetahuan sekaligus bumbu yang lebih manis daripada itu semua! Ya, ekspektasi boleh-boleh saja ditetapkan. Tetapi usaha ini harus tetap dilanjutkan, ringankan kembali fikiran kita, langkah kita, dan mulailah geser fokusnya, dan cobalah! Bismillah.... Kini tuliskan :

Kalau <keadaan gagal tadi> maka saya... akan <tuliskan antisipasi / penanganannya>
Kalau <keadaan gagal kedua> maka saya... akan <tuliskan lagi antisipasi terbaru / penanganan berbeda>
Saya terima dan saya akan lakukan hari .... <tuliskan tanggalnya>
Bismillah.

2. Ketakutan Akan Rasa Malu

Tidak sedikit, ada saja keadaan dimana pilihan yang ada ternyata mendorong kita sehingga enggan, dan bahkan takut ya, takut dipermalukan. Sehingga, tidak mau mencoba, tidak mau melangkah! Kita tidak merasa aman, karena hal yang akan diambil ini ada resiko yang tidak diinginkan. Terlebih lagi ada individu-individu tertentu yang memang nyatanya terbiasa untuk menghakimi, sehingga kita pun enggan! 
Untuk mengatasinya, mari kita check sekali lagi. Adakah dalam diri individu tadi rasa belas kasihan? Atau setidaknya adakah keberanian dalam diri mereka? Yes, tentu saja ada. Lalu Apakah ada rasa menghargai yang mereka miliki setidaknya untuk mereka? Nah, ternyata ada ya? Hanya saja kalimat yang diungkapkannya yang terkadang sulit untuk kita terima. Sehingga kita pun malu. Dari sini kita belajar, bahwa semua perlu persiapan, dan tidak perlu 100% siap, kita hanya perlu sedikit dukungan. Dan itu ada disekitar kita! Setiap ikhwan / akhwat berhak mendapatkan dukungan selama langkah yang akan diambil ialah sebuah hal yang positif. Dan ingatlah bahwa apapun opsi yang diambil pasti ada resiko, dan setiap pilihan tidak perlu memberatkan diri atas kritikan / penilaian yang membuat enggan melangkah. Dengan adanya dukungan maka rasa takut dan malu akan sirna secara otomatis.

3. Ketakutan Akan Rasa Bersalah

Ketika kita hidup dilingkungan yang penuh dengan penerimaan, kemudian pola pikir terbuka. Dimana kegagalan itu diterima sebagai proses sementara menuju keberhasilan. Maka tidak ada rasa takut tadi yang tumbuh karena akan dipersalahkan. Mirip dengan point pembahasan ke-2. Namun, dengan adanya keterbukaan, dialog, atau bahkan penerimaan contoh-contoh real yang mampu difahami. Maka rasa bersalah, kini berubah menjadi mode penerimaan untuk melangkah.

4. Ketakutan Gara-Gara Cemburu

Memang tidak perlu menutupi diri bahwa ada saja keadaan dimana orang lain lebih baik dari kita. Dan itu tidaklah sedikit, dan bukan hal fiktif. Memang hal itu nyata! Namun, kita perlu belajar beberapa hal yang perlu diingat baik-baik guna mengatasi rasa takut gara-gara cemburu seperti ini. Perhatikan :

a. Pernahkah kita merayakan keberhasilan orang lain?
b. Pernahkah kita mendukung orang lain baik dimulai dari yang terdekat / murni orang lain ?
c. Adakah inspirasi yang kita peroleh dari keberhasilan orang lain?

Dari 3 poin ini sebenarnya kita sedang membongkar habis akal kita yang sering kali memilih mundur karena minder atau bahkan cemburuan. Kita sering kali merasakan takut karena terancam, dicemooh, atau bahkan tidak ada dukungan sama sakali, berbeda dengan orang itu (spesifiknya) yang kita rasa lebih baik. Bukankah begitu? Nah, kini kita coba untuk melihat sisi yang lain. Sisi yang biasanya kita lewati begitu saja. Yaitu sisi persahabatan, sisi kolaborasi, sisi kemajuan dan sinergi. Sisi yang akan membuat semua orang menjadi bersama, dan mendapatkan dukungan 50/50 dan dapat menjadi lebih baik lagi jika hal ini benar-benar terwujud dari sekarang! Tidak harus sama, namun berbeda bidang dan tetap bersinergi tentu menjadi opsi terbaik daripada kita terjebak melulu dalam ketakutan gara-gara rasa kecemburuan seperti ini. Dan kita pun kini sudah bisa mulai mengerti ya, kan? 

5. Ketakutan Ketika Ingin Berubah

Ketika kita ingin berubah, ternyata rasa takut ada juga yang menggerogoti fikiran kita. Sampai-sampai potensi dan manf'aat positifnya hilang begitu saja! Peluang pun yang ternyata bisa tumbuh dari sisi tak terduga, seperti ayat QS. At-talaq (65 : 3) ini:


Artinya : Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. 


Seakan-akan kita ingkari begitu saja! Padahal Allah sangat-sangat mampu dan Maha Berkuasa memberikan peluang, rizki dan juga ketetapan lainnya dari sisi yang tidak kita sangka-sangka!
Lalu bagaimana dengan diri ini yang masih dalam mode ketakutan? Boleh jadi kita belum pernah bertanya dalam diri tentang :

a. Apa yang perlu dilakukan ketika ingin berubah?
b. Siapa saja yang ada dan bisa diajak bicara untuk bisa berubah?
c. Potensi apa yang kudapat jika bisa berubah?
d. Keadaan apa yang perlu kulakukan saat perubahan itu tidak langsung terjadi?

Setelah diresapi baik-baik, pejamkan mata. Dan ulangi ke-empat kalimat ini....Dan jawab dengan kejujuran, ketulusan dan pandangan yang mencerahkan!

Walhamdulillah, kita siap menerjang ketakutan menjadi buah keberkahan, serta hikmah ilmu terbaik dan jalan yang Allah anugrahkan untuk kita sejak sekarang! Barakallahufiikum jami'an...

NB : Ingin konselling mengatasi rasa takut / sekedar bercerita? Atur jadwal bersama therapist disini. Dan dapatkan perubahan bertahap segera!