Advertisement

Ragu Atau Tidak Mau?


Keraguan dalam mengambil keputusan tentang tindak therapy baik itu yang ringan maupun yang agak berat, merupakan perasaan yang wajar ketika dihadapkan pada keputusan penting. Mari kita mulai dengan mengeksplorasi sumber keraguan Anda. Apakah ketidakpastian ini berasal dari kurangnya informasi, kekhawatiran akan risiko, atau pengalaman orang lain yang didengar mengkhawatirkan? 

Menyampaikan perasaan dan kekhawatiran Anda secara terbuka adalah langkah pertama yang penting untuk memahami apa yang sebenarnya menghalangi Anda. Dengan berbicara tentang ini, maka Anda akan dapat melihat apakah ada cara untuk mengatasi kekhawatiran tersebut.

Selanjutnya, mari kita tinjau kembali tujuan dan harapan Anda. Apa yang ingin Anda capai dengan keputusan ini? Bagaimana Anda melihat konteks tujuan jangka panjang ini? Kadang-kadang, menghubungkan pilihan dengan visi yang lebih besar dapat membantu menjernihkan pikiran dan memberikan kejelasan. Kita juga bisa melihat data dan pengalaman orang lain yang telah mengambil langkah serupa, untuk memberikan perspektif yang lebih luas. Melalui konseling ini, tujuan kita adalah membantu Anda merasa lebih yakin dan siap untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi Anda.

Ambillah contoh sederhana dari 3 kasus berikut ini:

- Rinna (nama samaran). Merupakan wanita usia 30 tahun. Memiliki keluhan sulit tidur di malam hari dan riwayat berobat di 2 rumah sakit dengan dosis obat penenang yang tidak sedikit harganya. Profiil kepribadian Rinna ialah : mudah cemas, tidak memiliki teman untuk bercerita, tidak memiliki lingkungan yang supportive, menghidupi 2 orang anak, single parent, pekerja wiraswasta dengan tingkat kestabilan ekonomi yang lebih baik dari keumuman seorang single parents di kota Bandung. Seiring dengan waktu, temannya ada yang melihat keadaan Rinna yang terlihat murung di saat bekerja, lalu menyarankan agar di therapy.

- Diani (nama samaran). Merupakan wanita usia 24 tahun. Memiliki keluhan hampa, masih beraktifitas kuliah dan berinteraksi dengan orang lain normal. Profil kepribadiannya Diani ialah : bingung dalam mengambil keputusan, hanya bergantung kepada orang tua, memiliki adik 3 masih kecil, dan saat ini jauh dari keluarganya. Tidak memiliki riwayat berobat ke rumah sakit manapun, dan tidak ada ketergantungan terhadap obat. Tidak juga ke psikiater, namun disarankan oleh teman agar melakukan ruqyah.

- Joko (nama samaran). Merupakan pria usia 29 tahun. Aktif bekerja dan juga selalu berinteraksi di kegiatan sosial. Profil kepribadiannya ialah : paling mudah terbawa arus, tidak konsisten, memilih untuk jauh dari perselisihan berbeda pendapat, menginginkan kondisi paling kuat dari keumuman. Joko menjelaskan bahwa ia memiliki riwayat terkait energi negatif sejak masih sekolah di SMA, efek dari pergaulan yang tidak ada batasnya. Sehingga sejak dulu paling mudah ikut dengan kawan-kawannya meskipun diajak dalam menggunakan kebendaan energi negatif (jimat). Setelah jalan 28 tahun, ada yang menegur tentang kebiasaan menggunakan jimat. Bahkan ritual yang harus mengagungkan jimat ini pun dinilai tidak baik oleh orang tercinta (tedekatnya). Namun hal itu tidak digubris hingga usianya masuk di tahun ke-29 ini. Setelah salah satu temannya yang sama-sama berolahraga melihat ada yang lain dari raut mukanya. Kemudian menyarankan untuk segera ruqyah.

Baik Rinna, Diani, maupun Joko memiliki background dan riwayat yang berbeda-beda. Dengan tujuan yang sama atas saran dari teman maka ruqyah ialah keinginan pertama mereka dalam tindak therapy.

Memilih Ruqyah adalah langkah awal dan utama yang sangat penting dalam perjalanan menuju pemulihan. Memang benar bahwa dengan ruqyah banyak efek positif yang memberikan fondasi yang kuat dan arah yang jelas, membantu banyak orang mencapai tujuan mereka sehingga pulih. Dan perlu diingat bahwa agar benar-benar meraih hasil yang diinginkan, untuk itu diperlukan komitmen dan aksi nyata dari pihak Rinna, Joko maupun Diani.

Setelah menjelang prosesi ruqyah ketiganya menjalani prosesi konselling. Arah dimana keterbukaan dialog dan juga ketulusan menjadi kunci utama dalam melakukan identifikasi sekaligus mendapatkan history dibalik pengalaman yang dialami oleh masing-masing tadi. Beruntung, ketiganya mampu sampai kepada keyakinan bahwa ada yang harus dilakukan dalam mengupgrade kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa rangkaian tindakan konsisten yang dilakukan setiap hari mereka tekuni. Sehingga komitmen untuk mencapai perubahan terlihat dengan sangat menyegarkan, refresh! Kondisi baru! Daya adaptasi, keyakinan untuk bersosialisasi membaik, pola pikir berubah menjadi lebih cerah dan terus berkembang ke bagian lainnya. Hampir-hampir rata-rata respon yang didapat ialah tercengang diawal, "kenapa tidak dari dulu dilakukan prosesi konselling & ruqyah ini?!" Dan begitu juga Joko lebih tercengang lagi, karena kebiasaan untuk melepaskan dari ketergantungan kebendaan ini ternyata amat banyak dilakukan oleh masyarakat dilingkungannya. Beruntung kini ia dapat dan mau melakukan prosesi konseling & Ruqyah secara total. Walhamdulillah.

Bagi siapapun yang sudah siap untuk meninggalkan kebiasaan lama yang mungkin tidak produktif dan menggantinya dengan pendekatan baru yang lebih efektif dan selaras dengan Ruqyah, maka bersegeralah untuk melakukan konselling.

Ingat bahwa memiliki tekad, disiplin, dan kemauan untuk terus bergerak maju ialah aplikatif yang membuahkan hasil terbaik untuk Anda. Dengan menggabungkan Konselling, Ruqyah dan perubahan positif dalam tindakan sehari-hari, maka Anda akan berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan!