Advertisement

Memperbaiki Orang Lain Dan Keadaannya



Terkadang, dalam hidup kita bertemu dengan orang-orang yang menurut kita perlu "diperbaiki" atau diarahkan. Niat untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang memang baik, tetapi ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

Setiap orang memiliki batasan, baik dalam kemampuan mereka untuk berubah maupun dalam kapasitas kita untuk memengaruhi mereka. Kamu sudah mencoba berbagai pendekatan, dan jika orang tersebut tidak merespons atau berubah, mungkin memang ada batasan yang tidak bisa kamu lewati.

Setiap orang memiliki hak untuk memilih jalannya sendiri, bahkan jika jalan itu tidak sesuai dengan apa yang kita anggap terbaik untuk mereka. Memaksakan perubahan bisa berujung pada resistensi atau bahkan konflik.

Membantu orang lain memang baik, tapi penting juga untuk menjaga keseimbangan dengan diri sendiri. Jika upaya untuk memperbaiki seseorang mulai menguras energi, emosi, atau waktu kamu tanpa hasil, terkadang meninggalkan situasi tersebut adalah keputusan yang bijak.

Kadang-kadang, meninggalkan seseorang bisa menjadi katalis perubahan bagi mereka. Dengan memberi mereka ruang, mereka mungkin mulai merenungkan hidupnya sendiri tanpa pengaruh eksternal, dan bisa jadi itu adalah dorongan yang mereka butuhkan untuk berubah.

Apakah kehadiranmu dalam hidup mereka membantu atau malah membuat mereka merasa tertekan? Terkadang, niat baik kita bisa disalahartikan atau dianggap sebagai kritik, yang justru membuat orang tersebut semakin menutup diri.

Jika kamu telah melakukan yang terbaik, tetapi tidak melihat perubahan, meninggalkan situasi tersebut bukanlah tanda kegagalan. Sebaliknya, itu adalah pengakuan atas batasanmu dan penghormatan terhadap perjalanan hidup orang lain. Yang terpenting adalah kamu sudah berusaha dengan tulus. Orang tersebut mungkin membutuhkan waktu atau pengalaman lain untuk berubah, dan itu di luar kendalimu.

Ingatlah,

QS. Al-Baqarah 2: 256 :
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.


Mengingat tafsirnya Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh :
Tidak ada seorangpun yang berhak memaksa orang lain untuk memeluk agama Islam, karena Islam adalah agama yang benar dan terang, sehingga tidak perlu ada paksaan kepada siapapun untuk memeluknya. Sudah terlihat jelas kebenaran dan kesesatan. Siapa yang ingkar kepada segala sesuatu yang disembah selain Allah dan berlepas diri darinya, kemudian beriman kepada Allah semata, maka dia benar-benar telah berpegang kepada agama dengan sekuat-kuatnya untuk menggapai keselamatan di hari kiamat. Dan Allah Maha mendengar ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui perbuatan mereka, dan akan memberi mereka balasan yang setimpal.

Maka sahabat, jangan berputus asa meskipun keadaan orang lain tidak sesuai dengan apa yang sudah diusahakan oleh kita.