Advertisement

Teknik Konseling + Self Discovery + Socratic Questioning


Pernahkah kamu merasa kenapa ya banyak orang bereaksi takut berlebih. Seperti panas dingin tiba-tiba atau tegang saat ada di depan? Coba kita telusuri bersama—bukan untuk memojokkan sesuatu, tapi untuk memahami apakah ada hal yang selama ini tanpa sadar kamu fahami namun perlu untuk diperbaiki. Ini hanya satu study kasus ya. Masih ada kasus lainnya yang bisa kita ambil untuk object penanganannya.

Kali ini kita akan membahas teknik Guided Discovery & Socratic Questioning. Perlu diketahui bahwa teknik ini digunakan dalam terapi kognitif untuk membantu seseorang menemukan pola pikir atau keyakinan yang tidak disadari, kemudian menantangnya dengan cara yang lembut dan reflektif. Tujuan utamanya adalah agar klien menemukan jawaban sendiri, dari situ dia akan sadar dan mulai berubah secara bertahap.

Teknik Konseling: Guided Discovery & Socratic Questioning

Teknik ini digunakan dalam terapi kognitif untuk membantu seseorang menemukan pola pikir atau keyakinan yang tidak disadari, kemudian menantangnya dengan cara yang lembut dan reflektif. Tujuan utamanya adalah agar klien menemukan jawaban sendiri, lalu berubah secara mandiri dan bertahap tentunya.

1. Guided Discovery (Penemuan Terarah)
Teknik ini membantu seseorang menjelajahi pemikirannya sendiri secara bertahap, seperti seorang detektif yang mencari pola tersembunyi.
🔹 Langkah-langkah Guided Discovery:
a. Mengamati Pola → Terapi dimulai dengan pertanyaan sederhana untuk menggali kebiasaan atau pola berpikir klien.
b. Menghubungkan Fakta → Klien diajak menghubungkan berbagai pengalaman yang mungkin sebelumnya tidak dianggap terkait.
c. Menemukan Hubungan Baru → Klien mulai menyadari bahwa pikirannya bisa memengaruhi emosinya dan reaksinya terhadap situasi tertentu.
d. Menyimpulkan Sendiri → Klien diarahkan untuk menyimpulkan sendiri tanpa merasa dikoreksi atau dipaksa berubah.

Contoh:
👉 Klien sering panas dingin saat menjadi imam sholat di publik.
👉 Terapis bertanya: “Kapan biasanya panas dingin ini muncul?”
👉 Klien menyadari: “Setiap kali aku ditunjuk jadi imam sholat. Padahal ada orang lain yang lebih tua dari aku Namun tetap saja aku yang ditunjuk.”
👉 Dari sini, klien mulai memahami bahwa dirinya memiliki rasa sakit yang dialami setelah menjadi imam sholat. Ini juga tanda respon tubuh terhadap stres atau penolakan batin.

2. Socratic Questioning (Pertanyaan Socrates)
Metode ini mengajak klien untuk menantang keyakinannya sendiri melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif.
🔹 Jenis Pertanyaan dalam Socratic Questioning:
a. Mengklarifikasi Pemikiran:
“Apa yang kamu maksud dengan…?”
“Bisa kamu jelaskan lebih lanjut?”
b. Menjelajahi Asumsi:
“Kenapa kamu berpikir begitu?”
“Dari mana keyakinan itu berasal?”
c. Mengevaluasi Bukti:
“Apa ada pengalaman yang menunjukkan sebaliknya?”
“Bagaimana jika orang lain mengalami situasi yang sama?”
d. Menggali Konsekuensi:
“Apa yang akan terjadi jika kamu terus berpikir seperti ini?”
“Bagaimana jika kamu mencoba pendekatan lain?”
e. Melihat Perspektif Lain:
“Kalau temanmu mengalami ini, apa yang akan kamu sarankan?”
“Bagaimana menurutmu jika seseorang menghadapi hal yang sama tapi bereaksi berbeda?”

Contoh:
👉 Klien percaya bahwa menjadi imam harus 100% sempurna.
👉 Terapis bertanya: “Apakah ada manusia yang tidak pernah salah?”
👉 Klien menjawab: “Ya, semua orang pasti pernah salah.”
👉 Terapis bertanya lagi: “Kalau begitu, apakah seorang imam harus 100% tanpa salah?”
👉 Klien mulai berpikir ulang: “Mungkin tidak harus sempurna, yang penting niatnya baik.”

Yuk bongkar habis pola pikir kita, dan lihat ternyata perubahan itu bisa dimulai dari sekarang oleh diri kita juga!
Mau simak praktek dialognya? Yuk klik semua link dibawah ini dan simak dengan seksama yaa! 

Study Kasus : :
a. Kasus Imam Panas Dingin