Advertisement

Kesehatan Mental ternyata Dibahas oleh Quran!

Hello sahabat RTH...! Assalamu'alaikum warahmatullah... Di dalam artikel kali ini kita akan mengenal lebih jauh tentang kesehatan mental. Eiittsss, jangan salah ya, kalau ada yang menyatakan Kesehatan Mental pastikan dalam benak fikiran kita jangan ada keraguan untuk mulai memahaminya dari sudut pandang yang benar! Jangan langsung menghindar dan tidak mau tau! Justru dari pembahasan ini akan diketahui celah-celahnya sebagai pelajaran berharga! Manusia perlu mengambil manfa'at dari setiap pelajaran berharga karena manusia sebagai insan menjadi mulia atas kepemilikan akal dan perasaannya (qalbu) apabila telah dipergunakan dengan bimbingan yang digariskan oleh syari'at islam. Berikut 6 point pembahasannya! 

1. Kecemasan

Kecemasan yaitu adalah    merasa    sangat    gelisah    (takut campur khawatir). Kecemasan  dapat  diartikan  sebagai  suatu  perasaan  yang  tidak  tenang, rasa  khawatir,  atau  ketakutan  terhadap  yang  tidak  jelas  atau  tidak diketahui atau yang belum dialami. Gangguan  kecemasan  berbeda  dari  kecemasan  sehari-hari yang mungkin kita alami: kecemasan ini tidak dapat dikendalikan, tidak proporsional  bila  dibandingkan  dengan  bahaya  nyata  yang  mungkin dihadapi, dan mengganggu kehidupan sehari-hari orang tersebut. Al-Quran pernah menyebutkannya dalam Surah Al-Anbiya ayat 90 :


Artinya: Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami..

Imam  Ja’far  Shadiq,  menyangkut  makna  dari kosakata yang digunakan dalam Alquran yaitu raghaban dan rahaban, beliau  menyatakan bahwa raghbah (kerinduan)  adalah  jika anda  menadahkan  telapak  tangan  ke  langit,  dan rahbah(rasa  takut) adalah  jika  anda  menadahkan  punggung  telapak  tangan  anda  ke  langit oleh karena. Oleh karena itu, bersegera dalam berbuat baik dan melakukan kemurahan  hati  serta  berdo.a  disertai  dengan  harapan  dan  rasa  takut, dapat berpengaruh bagi diterimanya do'a.

2. Ketakutan

Takut adalah merasa tidak berani (ngeri, gentar) melihat sesuatu yang perasaannya akan mendatangkan bencana bagi dirinya. ketakutan adalah state  anxiety yaitu  suatu keadaan/kondisi  emosional  sementara pada   diri   seseorang   yang   ditandai   dengan   perasaan tegang   dan kekhawatiran yang di hati secara sadar serta bersifat subjektif. Perasaan takutnya dan kekhawatirannya dalam kenyataannya tidak sesuai dengan kenyataan  yang ada . karena itu, bisa terjadi bahwa rasa takut terhadap situasi  baru dan  orang  yang  takdikenal  begitu  besar  daripada disaat kadar yang normal. Setelah kita cermati terdapat ayat yang membahas hal tersebut dalam Quran yaitu Surah Saba ayat 23


Artinya : Dan tiadalah berguna syafa'at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa'at itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu?" Mereka menjawab: (Perkataan) yang benar", dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Kata  (فزع)  yang  berarti  takut,  pola kata  yang  digunakan mengandung makna hilangnya rasa takut. Dalam ayat  di  atas  menunjukan  betapa mencekamnya suatu keadaan  ketika  itu, sehingga mereka yang mengajukan permohonan syafa’at amat sangat  mengharapkan  untuk  dianugerahi  pengampunan dari  syafa’at tersebut, namun masih merasakan ketakutan selama menanti keputusan dari Allah. Penantian itu cukup lama dan, setelah berlalu sekian lama, barulah mereka mengetahui tentang putusan  Allah  swt. Apakah  diizinkan  mengajukan  permohonan  atau tidak diizinkan.

Fuzzi’a(فزع) sebagai kata dasarnya adalah faza’a-yafza’u, faz’an yang berarti  gempar  atau  takut  karena  ketakutan.  Tetapi  fazza’a  berarti menghilangkan kegemparan atau ketakutan. Fuzzi’a berarti “dihilangkan ketakutannya.”. Secara  tersirat  dapat dikatakan  bahwa  pada  hari  itu  akan  muncul kecemasan dan ketakutan pada hati (qulub) para pemberi syafaat maupun yang diberi  syafaat sehingga  keduanya  merasa  sangat  cemas  dan  takut  dan mereka berharap untuk menyaksikan kepada siapa Allah akan memberi izin  untuk  mengajukan  pemberian  syafaat,  dan  untuk  siapa  syafaat tersebut.   (rasa   cemas   akan   terus   berlanjut   sampai   perasaan   itu dihilangkan dari hati dan sampai tiba perintah dari sisi Allah. 


3. Kegelisahan

Rasa gelisah  adalah  merasakan hilangnya ketenteraman  hatinya  (selalu  merasa  khawatir dan sebagainya) tidak dapat tenang (meskipun dicoba untuk tidur) tidak sabar lagi menanti dan  sebagainya.  Gelisah  yang  berarti,  keadaan hati tidak  tentram,  selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, diliputi rasa cemas. Sehingga kegelisahan merupakan  hal  yang menggambarkan  seseorang  tidak  tentram  batinnya maupun  perbuatannya,  merasa  khawatir,  tidak  tenang  dalam  tingkah lakunya, tidak sabar. Hal ini pernah disebutkan dalam Quran Surah Al-Isra ayat 76 :


Artinya : Dan sesungguhnya benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri (Mekah) untuk mengusirmu daripadanya dan kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal, melainkan sebentar saja.

Allah  menganjurkan  supaya  orang-orang  yang  berbahagia  itu jangan  tertipu  dengan  perbuatan  kaum-kaum  yang  sesat (kafirun).  Dan  pada akhirnya Allah menerangkan bahwa sunnahnya yang telah berlaku ialah membinasakan siapapun yang memaksa Rasul-rasulnya keluar dari kampung halamannya.

4. Pengecut

Keadaan tidak  mampu  berbuat  apa-apa  selain  dari yang berkuasa sering dikenal dengan istilah 'pengecut' tidak mampu berbuat apa-apa. Sehingga terpaksa menurut saja (kehendak orang) tidak menentang, tidak melawan, pendek kata seperti itu. Quran menyebutkan pula hal ini dalam Surah Ali Imran ayat 146


Artinya : Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.

Kata  (وهن)  dalam  arti melemahkan  tekad layaknya kalbu yang terguncang, sedang  makna yang  kedua  adalah  kelemahan  yang  dihasilkan  oleh wahn, dan yang  ketiga  adalah  keadaan penyerahan  diri  kepada  musuh,  tunduk  menerima kehinaan  dari  mereka.  Diantara ketiga masing-masing pemaknaan tadi dapat  disimpulkan sebagai intisari dari kata (وهن) wahn dan (ضعف) dhu’f yang memiliki makna yang sangat mirip.  Alquran  juga  menggunakan keduanya  baik untuk  menunjukkan kelemahan jasmani dan juga untuk menunjukkan kelemahan mental.

5. Was-was

Was was adalah ingatan buruk yang timbul dalam fikiran seseorang, terkadang sering dikenal sebagai godaan batin. Quran menyebutkan tentang hal ini dalam Surah Al-a'raf ayat 201 :


Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.

(مسهم طائف) bermakna mereka  ditimpa  sesuatu  yang  selalu  mengepung fikiran mereka, artinya rasa waswas itu datang kepada berbagai macam lintasan fikiran. Sehingga .(تذكروا) ingatlah azab Allah dan pahala darinya.(قإذا هم مبصرون) ingatlah mana yang benar dan mana yang salah! Sehingga mereka tersadar dan bersegera kembali kepada jalan yang benar.
 

6. Putus Asa

Putus asa adalah rasa hilangnya harapan. Putus  asa  adalah  sikap  menyerah  total.  Merasa  sama  sekali  tidak  ada harapan. Merasa tidak ada solusi lagi. Semua jalan dianggap jalan buntu. Tak ada usaha sama sekali! Quran pernah menyebutkan hal serupa pada Surah Al-Fussilat ayat 49 :


Artinya : Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.

Keadaan ini berarti makhluk insan itu tidak pernah bosan meminta kesehatan, harta kekayaan, anak dan nikmat-nikmat dunia lainnya, namun bila manusia ditimpa penyakit, kemiskinan atau lainnya, maka dia banyak berputus asa dan putus harapan dari rahmat Allah. Padahal semestinya orang beriman senantiasa ingat bahwa di akhirat ada keadaan yang lebih baik dari ini semua!

Nah bagaimana pula langkah yang dapat dilakukan oleh seorang muslim ketika ke-6 rasa tadi menjangkiti di saat melakukan aktifitas tertentu? Temukan jawabannya di pembahasan lengkap artikel selanjutnya....